Dunia Butuh Syariah untuk Hentikan Penyebaran Covid

0
232

Oleh : Ummu Umar

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan tren peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara dipengaruhi sejumlah faktor. Setidak-tidaknya ada tiga penyebab utama.

“Pertama, relaksasi yang terlalu cepat dan tidak melalui tahapan-tahapan,” kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para kepala daerah se-Indonesia secara virtual di Istana Merdeka, Jakarta, dikutip Selasa, 26 Oktober 2021.

Kedua, protokol kesehatan (prokes) yang mulai kendur, misalnya kebijakan lepas masker di sejumlah negara. Ketiga, lemahnya pengawasan prokes ketika pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.

“Hati-hati juga mengenai sekolah, yaitu pembelajaran tatap muka. Tiga hal ini agar kita semuanya hati-hati,” ujar Jokowi.

Jokowi menginstruksikan prokes di sekolah dijalankan secara ketat. Terutama di sejumlah area potensi kerumunan seperti kantin dan tempat parkir.

Selain itu, Jokowi meminta kepala daerah dan seluruh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) turut mengingatkan pihak sekolah, agar pengawasan prokes dioptimalkan. Sehingga, kegiatan PTM bisa dilaksanakan tanpa khawatir penularan Covid-19.

“Manajemen pengawasan lapangan ini sangat diperlukan. Sehingga, kejadian-kejadian yang ada di negara lain tidak terjadi di sini,” ucap Jokowi.

Presiden mencatat tren kasus positif Covid-19 di dunia mengalami kenaikan sekitar 2 persen sepekan terakhir. Kasus Covid-19 Eropa meningkat 23 persen dan Amerika Selatan naik 13 persen dalam sepekan.

Kondisi itu akibat melemahnya pengawasan prokes. Selain itu, kedisplinan masyarakat untuk disiplin prokes mengendur. “Inilah yang harus mengingatkan kita, bahwa kita harus tetap pada posisi hati-hati, pada posisi waspada. Karena dunia masih dihadapkan pada ketidakpastian. Sekali lagi, terjadi tren kenaikan kasus dunia,” ucap Jokowi, medcom.id.

Kasus Covid-19 tak kunjung henti.  Sejumlah negara di dunia masuk melaporkan kasus baru infeksi yang disebabkan virus corona tersebut. Melansir Worldometers, total kasus Covid-19 di dunia hingga Minggu (31/10/2021) telah mencapai 247.098.733 kasus.

Sebanyak 223.830.208 sembuh dan angka kematian mencapai 5.009.777 kasus. Di Indonesia, total kasus Covid-19 mencapai 4.243.835 kasus, dengan 4.088.138 kasus sembuh dan angka kematian mencapai 143.388 kasus.

Berikut update corona global, Minggu (31/10/2021): China mencatat jumlah infeksi baru Covid-19 lokal harian tertinggi dalam lebih enam minggu pada 29 Oktober 2021.

Dilaporkan, terdapat sebanyak 59 infeksi menular lokal baru. Angka ini meningkat dari 48 sehari sebelumnya.

Jumlah ini menjadi jumlah infeksi lokal baru tertinggi sejak 16 September 2021. Melansir CNA, kasus-kasus lokal baru terjadi di Heilongjiang, Mongolia Dalam, Gansu, Beijing, dan Ningxia.

Infeksi yang diimpor dari luar negeri, China mencatat 78 kasus baru di hari yang sama, naik dari 64 kasus hari sebelumnya, Kompas.com.

WHO mengakui bahwa pandemi masih jauh dari selesai. Banyak negara mengalami ledakan baru. Ini menegaskan kegagalan WHO yang menjadi rujukan dunia dalam penanganan pandemi karena perspektif kapitalistiknya.

WHO juga tidak mempunyai konsep yang benar tentang penanganan wabah. WHO adalah badan kesehatan Dunia bentukan Amerika Serikat di bawah aturan sistem kapitalisme sekuler demokrasi yang menjadikan materi sebagai tujuannya.

Maka sangat sulit bagi WHO untuk menerapkan Lockdown terhadap Cina yang menjadi sumber penyebaran covid pada waktu itu. Sehingga penyebaran Covid sulit dikendalikan.

Berbeda dengan sistem Islam yaitu Khilafah yang bersandar pada wahyu Allah, penyelamatan nyawa adalah hal yang utama diatas kepentingan ekonomi. Khalifah juga konsisten mengambil pendapat ahli dalam penyelesaian wabah.

Khilafah akan menjadi leader dalam mencontohkan penanganan pandemi tanpa kebijakan pelonggaran karena faktor ekonomi dan tidak ada hambatan melakukan 3T karena kurangnya biaya atau terjadinya ketimpangan vaksin akibat dominasi negara produsen.

Praktisi Kesehatan dr Abidinsyah Siregar mengatakan ada tiga cara menghadapi wabah yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Tiga cara ini dapat dijalankan pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Abidin menuturkan, tiga acara itu  antaranya pertama berdiam diri di rumah (HR Ahmad), kedua tidak mendatangi tempat terjadinya wabah dan tidak meninggalkan tempat terjadinya wabah (HR Bukhari dan Muslim), dan ketiga mencari pengobatan dan mengharap ridha Allah SWT (HR Bukhari).

“Sesuai HR Bukhari bagi mereka yang berlindung dengan mengharapkan ridha Allah, niscaya ia akan mendapat ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,” kata Abidinsyah Siregar melalui keterangan tertulisnya kepada Republika, Rabu (21/7).

Abidin yang juga Ketua 1 Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) memastikan bahwa ajaran Islam sangat mendahulukan Kesehatan. Dengan kesehatan seluruh amalan akan terlaksana dengan baik untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

“Dunia perlu kita jaga dan pelihara untuk menjadi jalan kebaikan menuju akhirat. Ujian di dunia, selesaikan di dunia,” katanya.

Abidi menegaskan bahwa cara yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW, merupakam sosok yang dikagumi Allah SWT, dapat menjadi teladan bagi umatnya dalam menghadapi dan menghentikan sebaran Virus Covid-19.

“Maka dari itu mari jalankan protokol kesehatan lebih disiplin dan tunaikan vaksinasi, karena itu cara efektif menaikkan antibody,” katanya.

Menurutmya peristiwa pandemi virus, sudah pernah terjadi pada abad ke-VII tahun 632-634 Masehi yaitu masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Ketika itu terjadi wabah Tha’un di Negeri Syam, suatu wilayah luas di antara Jordania, Syria, Lebanon dan Palestina/Israel.

Oleh karena itu sudah saatnya kita mengambil syariah Allah SWT untuk menyelesaikan wabah dan semua persoalan yang menyengsarakan umat manusia. Dan hanya dengan sistem Khilafah, syariah Allah SWT dapat diterapkan secara sempurna. Inshaa Allah. Wallahualam bishawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here