Dzikir kembali ke Syariat Islam

0
589

Oleh : Emmy Rina Subki

Menanggapi pidato Presiden Jokowi di muktamar 1V PP PARMUSI di Istana Bogor, Jawa Barat Sabtu 26 September 2020, dengan dalih mengingatkan masyarakat untuk tidak lupa mengingat Allah SWT ditengah Pandemi Covid-19, dengan taubat dan berdzikir terdengar lucu. “Kita juga tidak boleh melupakan dzikir, istighfar, dan taubat kepada Allah SWT.” Jokowi juga berharap masyarakat memperbanyak sedekah, sebab banyak orang yang kesulitan di tengah pandemi.

Padahal ini merupakan suatu keharusan bagi setiap hambanya untuk mengingat Tuhannya di setiap detik, waktu dan di manapun dan dalam kondisi apapun, hendaknya senantiasa mengingat kehadiran sang pencipta. Allah ta a’la berfirman ‘’Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang hari terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal [yaitu] orang–orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring’’ (Qs.ali Imran;190-191). .

Dzikir dan istigfar adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Bukan karena ditimpa kesulitan ini saja baru mau mengingat Tuhan, dengan alasan sudah kewalahan mengatasi pandemi ini.
Dengan pernyataan seperti ini, sebenarnya bukan solusi yang sesungguhnya. Peran penguasa seharusnya mengurusi rakyat tanpa membebani rakyat.

Namun, ironisnya rezim ini hanya mengurusi para korporasi untuk memulihkan ekonomi para pemilik modal aseng dan asing tanpa memikirkan nasib rakyatnya.

Inilah wujud negara saat ini yang menerapkan sekulerisme dalam mengatur urusan negara. Rakyat makin menjerit, terhimpit kesulitan dan kemiskinan. Ini disebabkan karena lambatnya dan ketidaktahuan dalam mengatasi wabah. Sehingga Indonesia menjadi negara terbesar yang rakyatnya terkena virus Covid-19.

Pemerintah harusnya serius melindungi warganya dari ancaman Virus Corona. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, sudah semestinya melirik bagaimana Islam mengatasi wabah penyakit menular.

Islam memiliki seperangkat solusi dalam mengatasi wabah serta memiliki keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Islam mengatur seluruh aspek, tak terkecuali di bidang kesehatan. Dalam Islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi.

Islam mewajibkan muslim untuk beramar ma’ruf nahi munkar, yakni menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, pembinaan pola sikap, dan perilaku sehat, baik fisik mental maupun sosial. Pada dasarnya Islam merupakan pembinaan, dalam hal ini keimanan yang kuat dan ketakwaan menjadi sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman yang artinya ”Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin”.(QS.Al-Ma’idah:50).

Dengan melihat berbagai fakta yang ada yang tak membuahkan solusi, maka sudah saatnya kita kembali kepada aturan Allah yang sesungguhnya, dengan tobat yang sebenarnya. Yaitu menaati aturan Allah dengan mengganti sistem kapitalisme menjadi sistem islam. Yaitu kembali ke aturan Islam dengan menegakkan daulah khilafah Islamiyah. Karena dengan kembali menegakkan hukum Allah, berbagai problematika umat akan terselesaikan. Hukum Allah adalah hukum yang tegak di atas keadilan. ***
Wallahua’lam bish-shawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here