Gaecheonjeol 3 Oktober, Mega, Zulhas, Risma, dan Korea

0
409

Kliksumatera.com, BANDARLAMPUNG – Apakah Anda penggila berat drama Korea yang ngetop disebut ‘drakor’, atau ada yang sepanjang usia hafal lagu-lagu hits K-Pop asal Negeri Ginseng ini?

Jika iya, berkebetulan, 3 Oktober kemarin, bertepatan waktu peringatan Gaecheonjeol, atau Hari Kelahiran Bangsa yang dirayakan warga negara Korea Selatan dan ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak 1949.

Mengutip Wikipedia, Gaecheonjeol yang per harfiah berarti “Hari Di mana Langit Dibuka” diperingati guna merayakan momen Dangun mendirikan Go-joseon, kerajaan pertama Korea. Peristiwa ini menurut perhitungan kalender solar terjadi pada 3 Oktober 2333 SM (Sebelum Masehi). Lumayan lama ya?

Terkait isu Korea, Indonesia punya sosok Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, yang punya tempat tersendiri bagi rakyat dari pemerintah dua negara Semenanjung Korea, Korea Selatan dan Korea Utara.

Kiprah panjang salah satu putri Proklamator Kemerdekaan RI Soekarno itu dalam turut memelihara perdamaian Seoul-Pyongyang dilatari kisah indah amanat sang ayah.

Seperti diwartakan jurnalis liputan6.com Putu Merta Surya Putra, Rabu (7/11/2018) lalu, terkait paparan Mega saat tampil sebagai pembicara The KOR-ASIA Forum 2018 di Seoul, Korea Selatan, kiprah itu terbentuk alamiah dimulai saat Mega remaja, diajak dalam pertemuan Bung Karno dengan pendiri Korea Utara Kim Il Sung,1965.

Pesan Soekarno kala itu, “Mega, berjuanglah untuk perdamaian di Semenanjung Korea. Berdiri tegak di tengah dan jangan memihak Korea Selatan atau Korea Utara. Rangkullah jalan damai. Pegang teguh ideologi Pancasila yang akan membimbingmu menuju jalan damai,” seperti yang diceritakan kembali oleh Ketua Umum DPP PDIP itu.

Jika saat peristiwa bersejarah itu usia Mega baru 18 tahun, terpaut lima tahun lebih muda dari Kim Jong Il, putra juga suksesor Kim Il Sung, seperti tak terduga sebelumnya, kedua sosok ini tak disangka bisa dipertemukan kembali rentang 37 tahun kemudian.

Tepatnya, saat Mega menerima kunjungan kenegaraan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il usai ia terpilih jadi Presiden ke-5 RI, 2002. Kepada sahabatnya sejak muda itu, dilandasi semangat politik luar negeri bebas aktif Mega menyampaikan pesan perdamaian dari Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung pada dirinya soal keinginan melanjutkan dialog perdamaian dua Korea yang lama terjeda.

Di samping, Mega yang tercatat sebagai salah satu tokoh Asia Pasifik yang percaya bahwa perdamaian dua Korea satu saat akan niscaya itu, menekankan pula poin penting perdamaian Semenanjung Korea ini krusial demi menjaga stabilitas di Asia Pasifik.

Walaupun upaya Mega memfasilitasi dialog perdamaian dua Korea terinterupsi transisi kepemimpinan nasional pascapemilu 2004, namun berkat kegigihannya ini di antaranya berbuah hasil dengan adanya atensi khusus Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 2017 lalu, yang memintanya ambil bagian dari juru damai untuk Semenanjung Korea.

Dari Megawati kita ke Zulkifli Hasan. Ya, tokoh politik asal Penengahan, Kalianda, Lampung Selatan yang karib disapa Zulhas, mantan pengusaha industri manufaktur yang menerjuni kancah politik seiring reformasi 1998, bergabung hingga memuncaki karir jadi Sekjen DPP PAN (2005-2010), Ketua F-PAN DPR 2004-2009, lanjut Ketum DPP PAN periode 2015-2020, dipercaya Presiden ke-6 RI Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi Menteri Kehutanan KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) jilid I pengganti MS Ka’ban sejak 22 Oktober 2009 hingga 1 Oktober 2014, serta Ketua MPR 2014-2019 ini ternyata juga punya kisah khusus soal Korea Selatan.

Saat ia Menteri Kehutanan, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana Jakarta (1996) dan peraih gelar Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta (2003) ini menerima gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) pertamanya, yaitu untuk bidang Administrasi Publik dari Sejong University, Seoul, Korea Selatan.

Terakhir, dari Zulkifli Hasan kita ke sosok pemimpin perempuan sarat prestasi, Tri Rismaharini. Terkini, Walikota Surabaya ini baru saja didaulat jadi warga kehormatan Kota Busan, Korea Selatan, 30 September 2019, atas jasa dan kontribusi yang selama ini diberikan bagi perkembangan Busan, yang dikenal memiliki program sister city, salah satunya adalah Surabaya, sejak 1994.

Sidang Pembaca, bagaimana menurut Anda? Masih banyak tentunya di luar sana sederet figur publik Indonesia yang memiliki sedikit banyak keterkaitan dengan Korea. Semoga artikel ini bermanfaat jadi salah satu mesin pengingatnya.

Laporan : Muzzamil
Editor/Posting : Imam Ghazali

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here