Kliksumatera.com, PALEMBANG – Amiruddin Sandy, kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Palembang bersandar di dekat pagar rumahnya yang gelap gulita di Komp YKP II, Jl Swakarya II, tepatnya di samping Masjid Al-Ikhlas Dwikora II, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Senin (22/7) sekitar pukul 20.23 malam. Hanya mengenakan kaus putih, pria berkacamata itu tengah mengawasi petugas PLN yang tengah memanjat tiang listrik di depan rumah mewah berlantai dua tersebut. Ternyata, listrik di rumah putra sulung mantan Plt Wali Kota Palembang Akhmad Najib itu terpaksa diputus PLN WS2JB UP 3 Palembang karena sering menunggak pembayaran selama tiga bulan.
Salah satu wartawan media online kebetulan melintasi lokasi rumah tersebut dan langsung menyapa Kabag Humas Amiruddin Sandy yang sedang mengawasi kerja petugas PLN. Saat ditanyakan mengapa rumahnya gelap, Amiruddin mengatakan jika listrik mati karena ada kerusakan. “Tidak. Mati listrik (karena) rusak,” ujarnya.
Beberapa saat kemudian, lampu rumah menyala. Tim kembali bertanya apakah semua aman terkendali. “Sudah, sudah ini (menyala),” katanya.
Setelah diselisik, adanya pemutusan listrik di rumah Kabag Humas Pemkot Palembang dibenarkan Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Palembang, Nanang Prasetyo. Ditegaskannya, tidak ada pemadaman listrik di beberapa rumah pejabat Pemkot Palembang. “Yang ada hanya pemutusan aliran listrik ke rumah Kabag Humas Pemkot karena menunggak,” ungkap Nanang kepada wartawan, Senin (22/7).
Menurut Nanang, di histori database PLN, sudah sejak 2017 pemilik rumah tersebut selalu menunggak per tiga bulan. “Maksudnya sering, tiga bulan sekali baru bayar, sedangkan aturannya terlambat satu bulan diputus sementara, dua bulan diputus alirannya, dan tiga bulan dibongkar rampung,” jelasnya.
Agar tidak terjadi tunggakan lagi ke depan, tegas Nanang, maka terpaksa dilakukan penggantian meter dari pascabayar ke meter prabayar. “Ke depan tidak perlu lagi ada pemutusan sementara dan pelanggan juga mudah dalam mengontrol pemakaian listriknya,” jelasnya.
Masih kata Nanang, info dari petugas di lapangan, sebenarnya tadi siang bisa langsung dinyalakan jika beliau bersedia untuk dilakukan penggantian ke prabayar.
Dirinya hanya berpesan agar pembayaran ke depan tidak lupa atau tidak terkendala lagi. “Pelanggan pun juga tidak terkena pemutusan. Listrik prabayar bebas abondemen dan bebas pemutusan,” jawabnya.
Solusi dari PLN, lanjut Nanang, yang penting Kabag Humas Pemkot Palembang juga mau auto debet jika belum mau menggunakan prabayar. “Kami sama-sama sepakat solusinya agar enak kedua belah pihak ke depan,” tutupnya.
Terkait demo LSM yang menyatakan ada dugaan tagihan listrik sejumlah rumah pribadi pejabat Pemkot Palembang, dibayar menggunakan uang negara melalui kas Sekretariat Daerah, Nanang tidak mengetahui ada atau tidak hubungannya. Ditanya, apakah solusi PLN mengalihkan ke prabayar sehingga jadi listik rumah pribadi pejabat menjadi tanggungan pribadi dan bukan tanggungan negara, Nanang pun menjawab tidak tahu. “Kami tidak tahu. Pengalihan ke prabayar bukan terkait masalah itu,” ungkapnya.
Diketahui, massa yang tergabung dalam Rakyat Indonesia Berdaya (RIB) DPW Sumatera Selatan menggelar demonstrasi di halaman depan Kantor Wali Kota Palembang, Jl Merdeka Kelurahan 22 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang, Senin (22/7) siang. Massa menuntut agar Wali Kota Palembang bertanggung jawab atas kelalaian dalam pembayaran rekening listrik rumah pribadi wali kota, mantan wali kota, serta oknum aparatur Pemerintah Kota Palembang.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang, Ratu Dewa akan segera mengecek apa yang menjadi aduan dari pendemo. “Kami cek saja dulu ke lapangan. Lihat kebenarannya seperti apa sesuai pengaduan. Nanti dicek,” ujarnya.
Dalam persoalan tersebut, Ratu Dewa merasa tidak perlu menurunkan tim khusus untuk mengecek apakah ada penyimpangan yang terjadi. “Tidak perlu tim. Tinggal dicek saja benar atau tidak di bagian umum, benar tidak rekeningnya, itu saja,” tegasnya.
Ditanya pemadaman listrik di rumah pejabat Pemkot Palembang, Sekda malah balik bertanya. “Infonya dari mana untuk klarifikasi,” ungkapnya tidak menyadari bahwa wartawan telah melakukan konfirmasi terhadap pihak terkait.
Sumber : Ril/Sbr
Posting : Imam Ghazali