Oleh: Ai Iim
Pernyataan Presiden Jokowi yang membedakan istilah mudik dan pulang kampung mendadak viral di Twitter belum lama ini. Perbedaan istilah mudik dan pulang kampung disampaikan Presiden Jokowi di hadapan presenter Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa Selasa (21/4/2020) malam. Menurutnya mudik dan pulang kampung merupakan dua hal yang berbeda. Kata kunci pulang kampung langsung masuk topik terpopuler Twitter di Indonesia pada Kamis (23/4).
Peneliti Senior Indef Didik Rachbini mengatakan pernyataan yang membingungkan bagi publik ini justru menyebabkan risiko penyebaran Covid-19 yang meluas. Namun pemerintah dinilai tidak tegas dalam mengendalikan mobilisasi publik ini.
Begitu juga Institute for Development of Economics and Finance (Indef)pun menilai pernyataan yang dilontarkan pemerintah mengenai perbedaan mudik dan pulang kampung dinilai tidak tegas dan justru menimbulkan kebingungan bagi publik. Padahal dua kalimat ini dinilai memiliki efek yang sama, yakni memobilisasi publik dalam jumlah besar.
Lain halnya dengan anggota komisi dari Fraksi PPP Nurhayati Monoarfa mengatakan bahwa dirinya punya definisi sendiri antara dua kata tersebut. Mudik dilakukan sengaja untuk bertemu keluarga saja, sedangkan pulang kampung adalah orang yang tak kuat lagi hidup di kota maka harus pulang.
Boleh tidaknya mudik di saat wabah Corona, menjadi perbincangan masyarakat. Sampai saat ini, presiden, gubernur, dan para menteri hanya mengimbau masyarakat tidak pulang mudik. Tapi tidak ada larangan tegas soal ini karena status Indonesia belum masuk karantina wilayah atau lockdown.
Akibatnya, arus mudik sudah berlangsung, bahkan jauh sebelum Idul Fitri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran, arus mudik tidak berkurang, dan resiko penyebaran virus Corona semakin luas.
Ketidaktegasan soal larangan mudik juga menjadi masalah bagi pemerintah daerah. Akhirnya wilayah yang menjadi tujuan mudik jadi serba salah dan membuat keputusan sendiri-sendiri. Misalnya, Tegal memutuskan untuk lockdown lokal. Beton-beton penghalang dipasang di jalan menuju kota Tegal untuk mencegah orang masuk. Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono meyakini kebijakannya melakukan local lockdown Kota Tegal untuk menghindari penyebaran lebih luas virus corona Covid-19. Ia mengaku siap menanggung risiko dengan keputusannya itu.Tetapi setelah Presiden Joko Widodo mengeluarkan keputusan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB) akhirnya beton di tengah jalan Kota Tegal disingkirkan pada Kamis (2/4/2020l malam.
Beberapa daerah lain juga menutup diri seperti Tasikmalaya, Tolitoli Tengah, dan beberapa kabupaten di Papua. Pembatasan akses masuk transportasi yang semula sudah diputuskan. Dalam menghadapi wabah virus corona, hampir semua negara-negara yang terjangkiti kewalahan dalam menghadapinya. Tak mengenal negara maju ataupun negara berkembang. Negara besar ataupun negara kecil, semua kalang kabut.
Dari sini menggambarkan arah kebijakan rezim kapitalis yang tidak jelas dalam menghentikan sebaran virus.Jika tidak dibarengi tindakan yang lebih tegas, maka masyarakat dikahwatirkan akan mengabaikan imbauan dari banyak pejabat termasuk Presiden.
Maka sudah saatnya kita mencari solusi atas kegagalan kapitalisme ini. Dan solusi terbaiknya tak lain hanyalah Islam. Yaitu sistem Islam kaffah, karena hanya Islam lah yang mampu melindungi , dan mensejahterakan Ummat. Sebagaimana pada masa kejayaannya selama kurang lebih 13 abad lamanya, yang telah dirasakan oleh ummat terdaulu dan banyak tercatat dalam sejarah peradaban. Wallahu àlam bishowab.