
Oleh : Annisa Rahmawati
Baru-baru ini seorang pria asal Cirebon Jawa Barat bernama Aryanto Misel berhasil mengeluarkan inovasi baru bernama Nikuba.
Nikuba diketahui merupakan alat yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor melalui proses elektrolisis untuk memisahkan kandungan hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dalam air (H2O).
Alih-alih difasilitasi penuh oleh negara nyatanya penemuan tersebut malah tak mendapatkan apresiasi.
Padahal alat Nikuba temuan Aryanto sebelumnya sempat viral setelah berhasil ‘go internasional’ tepatnya di Italia. Bahkan teknologi ini mendapat kesempatan untuk dikenal lebih jauh oleh sejumlah pabrik otomotif asal Italia.
Aryanto yang kepalang kecewa karena merasa karyanya tak dihargai oleh negerinya sendiri langsung menumpahkan unek-uneknya di salah satu stasiun televisi.
Ia menegaskan dirinya tak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya tersebut, bahkan ia menganggap pemerintah telah mengucilkannya selama ini. “Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau,” kata Aryanto dikutip dari CNN Minggu 9 Juli 2023 lalu.
Kejadian ini bukanlah satu-satunya fakta terkait abainya pemerintah terhadap karya anak bangsa, bahkan ini mengingatkan kita di berbagai kejadian serupa.
Bagaimana penemuan penemuan lainnya yang telah menguras tenaga dan pikiran anak bangsa tidak berkembang atau tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya.
Nyatanya SDM yang berkualitas tidak selalu mendapat perhatian. Di sisi lain, penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para pengusaha, sehingga Negara justru banyak berpihak pada pengusaha.
Bahkan demi meraup keuntungan sebesar besarnya, pemerintah sebagai pembuat kebijakan memberikan wadah kepada pihak asing untuk menguasai pangsa pasar dalam negeri, sehingga produk dan karya anak negeri harus tersingkirkan di negaranya sendiri.
Ironis memang, namun beginilah dampaknya ketika sistem kapitalis telah merajai seluruh aspek kehidupan, semuanya dinilai dari untung rugi bukan dari kemaslahatan umat.
Padahal dahulu Islam dikenal dengan kegemilangannya di berbagai bidang salah satunya yakni di bidang pengetahuan dan sains.
Negara bahkan memfasilitasi berbagai sarana seperti laboratorium yang menunjang penemuan penemuan lainnya, tak heran jika para imuwan di masa daulah islam banyak menelurkan beberapa karya-karya yang menjadi cikal bakal penemuan teknologi-teknologi modern yang bahkan masih digunakan hingga saat ini.
Ibnu Sina, misalnya. Ia adalah salah satu tokoh Islam yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Berbagai karya yang ia hasilkan semasa hidup, telah dijadikan referensi dan standar kurikulum ilmu medis di dunia Barat. Hingga akhirnya, dunia kedokteran berkembang menjadi seperti saat ini.
Kemudian ada lagi Ibnu Haitsam tokoh islam yang dikenal menguasai ilmu optik, Ia bahkan mendapat julukan Bapak Optik Modern berkat pemikirannya tentang sistem kerja mata manusia.
Luar biasanya lagi, analisis tentang cara kerja dan pengobatan mata dari sosok yang telah wafat pada tahun 430 Hijriah ini masih terus dipelajari dan dikembangkan hingga saat ini.
Itulah alasan yang membuat Ibnu Haitsam menjadi salah satu tokoh masa kejayaan Islam terkemuka yang masih dikenal sampai sekarang.
Bahkan tidak hanya Ibnu Sina dan Abu Haitsam saja masih banyak ilmuwan muslim lainnya yang menorehkan karyanya.
Inilah faktor yang menjadi keberhasilan islam, bagaimana negara meriay’ah umatnya, Islam sangat menghargai ilmuwan dan mendorong pengembangan teknologi bahkan negara membutuhkan inovasi dalam upayanya menjadi negara adidaya yang terdepan.
Untuk itu jika ingin melihat kegemilangan Islam dengan aturan dan manusianya yang tangguh dan bertakwa, maka yang perlu kita perjuangkan adalah dengan menyerukan kepada Islam kaffah.
Karena dengan cara inilah metode yang benar sebagaimana Rasul dulu membentuk peradaban Islam di Madinah hingga menyebar luas di dua pertiga dunia. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan [kafah], dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS. Al-Baqarah [2]: 208).
Allahualam Biahowab


