Perang Baleho Singkap Kedok Politisi dalam Demokrasi

0
216

Oleh : Ummu Akbar

Meskipun kontestasi Pilpres 2024 masih lama tapi para bakal kandidat sudah ancang-ancang dengan memasang baleho. Sejak juli lalu elit politik ramai-ramai memasang foto dirinya di baleho seolah pertanda tahun politik telah dicuri start nya, disertai jargon-jargon klasik ala politik praktis baleho para elit politik bertarung di sejumlah kota untuk meningkatkan popularias jelang tahun politik 2024 seperti Ketua DPR Puan Maharani, Menko Ekonomi Aerlangga Hartarto dan Ketum Partai Demokrat AHY. Fakar komunikasi UI Firman Kurniawan Sujono mengatakan, memang baleho memiliki keunggulan tersendiri apalagi ditempat strategis yang banyk orang berlalu-lalang, baleho akan menjadi pusat perhatian publik.

Di musim kampanye perang baleho antarpolitikus akan menjadi kejenuhan bagi masyarakat, sehingga pesan baleho tidak sampai di masyarakat, tapi malah sebaliknya, jelas Firman. Sementara itu menurut pengamat politik Reza Haryadi, banyaknya baleho yang tersebar dinilai sebagai kampanye terselubung. Jika dibiarkan maka bisa meningkatkan suhu politik di Indonesia, dan lebih jauh akan berdampak pada penanganan pandemi akan terganggu dengan persaingan politisi jauh sebelum pemilu. Baleho bisa memicu kampanye lain dengan skala lebih besar, partai akan dinilai tidak memiliki empati kepada masyarakat saat pandemi. Faktanya terjadi di masyarakat adanya perang baleho bukan menuai simpati dari rakyat, yang ada malah makian dan protes, karena para politisi yang menawarkan diri menjadi pemimpin sosok yang tidak mempunyai kepekaan terhadap kepentingan dan kodisi rakyat dan hanya bertarung untuk mendapatkan kursi.

Inilah realita kepemimpinan yang menjadikan kedaulatan di tangan rakyat, yaitu Sistem Demokrasi, suara mayoritas dijadikan syarat legalitas berkuasa, oleh karena itu populer saja tidak cukup mendongkrak elektabilitas apalagi popularitasnya diiringi dengan sentimen negatif akibat rekam jejak selama ini. Akan lebih parah lagi ketika tidak diikuti oleh kerja dan prestasi yang dapat mengatrol citra positif, maka tebar pesona dan upaya umbar citra mereka perlu direkayasa. Meskipun harus mengeluarkan budget yang pantastis untuk baleho nya. Apalagi dari faktanya pemimpin yang dilahirkan dari Sistem Demokrasi adalah pemimpin yang rela tunduk pada kepentingan korporasi bahkan tunduk pada kekuatan asing.

Hal ini dikarenakan kekuasan dalam sistem politik demokrasi bertumpu pada kekuatan modal sehingga model pemilihan penguasa yang berbiaya tinggi ini merupakan sistem yang sangat kondusif bagi para penguasa yang ingin menjabat kemudian bertemu dengan kepentingan korporasi atau pihak asing. Akibatnya fenomena penjarahan atas kekayaan milik rakyat secara legal menjadi gambaran nyata dalam kepemimpinan ini. Meskipun dikatakan kedaulatan di tangan rakyat dan hukum akan membela rakyat tapi kenyataannya kedaulatan hukum berada di tangan korporat sedangkan suara rakyat hanya dijadikan formalitas.

Oleh karena itu, seharusnya rakyat sadar dengan keburukan Sistem Demokrasi yang hanya menghasilkan politisi pengabdi kursi bukan pelayan rakyat. Dan sudah semestinya fakta ini dijadikan momen berhijrah meninggalkan sistem bathil ini menuju sistem yang sahih yang benar-benar menghasilkan pemimpin yang berjiwa periayah atau pengurus rakyat. Dan pemimpin seperti ini hadir dan bias kita dapatkan dalam Sistem Islam yang disebut Khilafah. Paradigma kepemimpinan Islam dengan Demokrasi sangat berbeda bagaikan langit dan bumi, hal ini didasari dengan sabda Rasulullah: ”Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang akan membawa belenggu di hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya atau tindakan tiraninya pada kehancuran, (H.R Tirmidzi).”

Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian dengan kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah SWT tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat (H.R Abu Dawud, Ibnu Madjah dan Al- Hakim).

Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati), dan pada akhirnya azab pada hari kiamat (H.R At- Tabrani).

Dari hadits tersebut apa yang dilakukan pemimpin dalam kepemimpinannya akan berakibat pada kehidupannya di akhirat nanti. Kesadaran inilah yang mendorong para pemimpin dalam sistem Islam, yaitu Khilafah untuk selalu bersungguh-sungguh dan berhati-hati dalam menunaikan kewajibannya yang merupakan hak rakyatnya tanpa melihat apakah rakyat mengetahui haknya atau tidak dan tanpa menunggu apakah rakyat menuntut rakyat atau tidak. Dan pemimpin dalam Sistem Islam sangat berhat-hati dalam menunaikan setiap petunjuk syar’i yang mengikat kepemimpinannya, karena salah satu fungsi utama kepemimpinan dalam Islam adalah menerapkan hokum Allah. Swt secara Kaffah dalam segala aspek kehidupan. Karena itu kepemimpinan yang terwujud adalah kepemimpinan yang berfungsii sebagai pelayan umat dan fungsi penjagaan, yakni pemimpin sebagai Junnah atau Perisai atas dunia dan akhirat umat. Kepemimpinan Islam mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan di tengah-tengah kehidupan masyarakat baik muslim maupun nonmuslim hingga taraf yang mengagumkan dan mampu menghadirkan kehidupan bersih penuh keberkahan, yaitu tercegahnya masyarakat dan dunia dari segala bentuk kerusakan atau krisis akibat nafsu amarah yang dibentengi penerapan hukum Allah SWT secara konsisten dan Kaffah. Dan telah terbukti selama 1400 tahun lamanya Khilafah berdiri menghasikan pemimpin yang luar biasa kepekaannya terhadap rakyat, seperti Khalifah Umar Bin Khatib, Khalifah Harun Ar Rasyid, dan banyak lagi yang lainnya.

Namun yang perlu kita sadari sistem yang membawa kebaikan ini tidak hadir dengan sendirinya yang jatuh begitu saja dari langit tanpa perjuangan, sistem ini harus diperjuangkan sebagaimana perjuangan Rasulullah. Saw mendirikan Negara Islam pertama di Madinah. Oleh karena itu dibutuhkan perjuangan seluruh kaum muslimin sebagaimana perjuangan Rasulullah. Saw yakni, berjuang mendakwahkan Islam Kaffah bersama partai Islam Ideologis, membina umat mencari dan meminta pertolongan berupa pertolongan tanpa syarat kepada Ahlu Quwwah (pemilik kekuasaan) maka dengannya sistem yang Sahih ini akan mampu melindungi dan mengurus rakyat.
Allahu’alam Bisshawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here