Umat Butuh Khilafah Pelindung Hakiki

0
492

Oleh : Umie Hasan

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar meminta agar seluruh pengurus MUI yang terpilih dalam Musyawarah Nasional (Munas) X MUI untuk bisa terus memberikan pencerahan terhadap umat sekaligus sebagai mitra pemerintah. Hal itu ia sampaikan dalam pidato pertamanya usai terpilih sebagai ketua MUI yang baru (periode 2020-2025), Jumat (27/11) CNN Indonesia.

Kedudukan MUI sebagai mitra pemerintah tentu bukan seperti atasan dengan bawahan. Para ulama harus berperan sebagai pengawal sekaligus pengoreksi penguasa. Tujuannya tentu agar penguasa selalu dalam koridor Islam, fungsinya sebagai mitra kritis pemerintah yaitu mengoreksi dan mengontrol pemerintah supaya tidak menyimpang sedikit pun dari ketentuan hukum syarak. Ulama mempunyai fungsi amar makruf nahi mungkar.

Cengkraman rezim sekuler kepada MUI akan memandulkan fungsinya sebagai mitra kritis pemerintah, yaitu mengoreksi dan mengontrol jalannya pemerintahan.
Kemungkinan MUI hanya sebagai alat untuk legalisasi kezoliman dan kerakusan para kapitalis atas nama agama, para ulama sudah dikebiri perannya.

Peran ulama menempati posisinya yang sangat penting, Misalnya pada zaman sahabat, ulama mempunyai fungsi sebagai pewaris nabi dan penjaga misi kenabian.
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa rakyat yang rusak itu disebabkan oleh penguasa yang juga rusak, sedangkan penguasa yang rusak pun diakibatkan oleh ulama yang juga rusak.

Penyebab rusaknya seorang ulama ketika dia lebih mencintai harta dan kedudukan, padahal tugas utama para ulama adalah penjaga agama, mengontrol dan menasehati penguasa.

Apalagi kalau ulama sudah menjual, mengubah kebenaran, itu akan lebih parah. Dampaknya sangat besar karena orang akan tersesat dalam kezhaliman.

Kewajiban Menasehati Pemimpin dan Larangan Membenarkan Kezaliman

Empat belas abad yang lalu, Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya akan adanya para pemimpin yang berbuat zalim dan berbohong di hadapan rakyat. Kita sebagai umatnya, tidak hanya diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut. Namun lebih daripada itu, Rasulullah SAW juga mengingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” (HR. Muslim).

Nasihat secara diam-diam merupakan pilihan awal dalam melawan kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya cara untuk meluruskan kesalahan penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak diindahkan, maka Rasulullah SAW pun memberikan motivasi lain kepada umatnya untuk merubah kemungkaran penguasa. Motivasi tersebut ialah pahala jihad yang dijanjikan kepada umatnya yang menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa dzalim. Dari Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Lalu ketika usaha tersebut tidak dihiraukan lagi dan pemimpin tersebut tetap pada prinsipnya yang mendzalimi rakyat, maka Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk menjauhi pemimpin tersebut serta jangan sampai mendekatinya, apalagi membenarkan tindakan zalim yang mereka lakukan. Sebab, ketika seseorang tetap mendekati pemimpin dzalim tersebut dan membenarkan apa yang dilakukannya, maka ia akan terancam keluar dari lingkaran golongan umat Nabi SAW dan ia tidak akan mendatangi telaganya nanti di hari kiamat.

Dari Ka’ab bin Ujroh radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar mendekati kami, lalu bersabda:

إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barang siapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kezhaliman mereka, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barang siapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i).

Demikianlah beberapa bentuk ancaman yang disebutkan Nabi SAW terhadap pemimpin dzalim, serta bagaimana seharusnya kita menyikapi kedzaliman tersebut. Kebenaran harus tetap dipegang, sedangkan kesalahan harus senantiasa diluruskan. Nasihat tetap diutamakan namun amal ma’ruf nahi mungkar tidak boleh dilupakan dan harus dilakukan, apa pun resikonya.

Para ulama tak boleh gentar, mereka wajib berada di garda terdepan dalam melenyapkan kemungkaran. Jangan sampai ulama hanya jadi stempel penguasa dalam melegalkan berbagai kebijakan yang tak sesusi dengan syariat Islam.

Justru harus ada kesadaran bahwa majelis ulama wajib mencontohkan sikap menentang kezoliman dan muhasabah lil hukam (makna politik dalam islam) yaitu mengoreksi penguasa. Ulama juga wajib mewaspadai arus moderasi yang melanggengkan cengkraman sistem kapitalis sekuler, yang akan merusak dan menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam yang benar. Mereka memanfaatkan posisinya untuk menyesatkan umat ini.

Itulah fokus kiprah ulama, menentang ide mderasi yang digaungkan rezim saat ini, moderasi bukan dari Islam. Sedangkan menghentikan kerusakan akibat sistem rusak ini tak bisa diserahkan pada umat (ormas) tapi hanya bisa dijalankan oleh negara (khilafah Islamiyah).

Khilafah akan melindungi dan mensejahterakan umat manusia, walhasil saat ini kebutuhan umat terhadap khilafah sangat mendesak,karna khilafah pelindung hakiki bagi manusia. Untuk membebaskan manusia dari berbagai kemunkaran dan kezoliman rezim sesat ini. ***

Wallahu alam ….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here