Virus Corona dan Cara Islam Mengatasinya

0
986

Oleh: Rita Hartati

VIRUS Corona yang mewabah di Wuhan, Hubei, China hingga beberapa negara lainnya, sempat menggegerkan seluruh jagat raya. Bagaimana tidak negeri China yang terkenal dengan kemajuan sain dan teknologinya, yang memiliki seluruh kekuatan baik bidang ekonomi, militer dan peralatan perang dan sebagainya. Kini menjadi sepeti negara yang mati, tak berdaya menghadapi ganasnya serangan virus Corona.

Sampai hari ini berita terbaru dikabarkan, jumlah korban meninggal dunia akibat virus Corona Wuhan atau 2019-2020 masih terus bertambah. Pihak otoritas China mengumumkan, sebanyak 170 orang meninggal dunia karena terinfeksi virus Corona. Jumlah itu bertambah dari sebelumnya 132 orang pada Rabu (29/1/2020) siang. Angka ini naik dari yang dilaporkan sehari sebelumnya, dan merupakan kenaikan sebesar 29 persen.

Sementara itu, ada 7.864 kasus terkonfirmasi virus Corona yang masih satu keluarga besar dengan SARS ini. Sehingga untuk menghindari penyebaran wabah virus ini, berbagai negara telah melakukan upaya pencegahan. Salah satunya menghadang masuknya turis asal China atau trevel warning dan mengevakuasi rakyatnya yang masih berada di China. Di antaranya negara Amerika Serikat, Thailand, Australia, Prancis, Jepang, Jerman, Inggris, dan lain lain. Ini merupakan langkah yang benar untuk melakukan penyelamatan dan kewajiban penguasa atas kepengurusan terhadap rakyatnya.

Namun, berbanding terbalik dengan negeri yang dijuluki jamrud khatulistiwa ini. Ternyata “Dunia Terbalik” tidak hanya ada dalam sinetron andalan tv swasta di tanah air, terkadang pengambilan kebijakan penguasa negeri ini pun sering seperti “dunia terbalik”.

Bagaimana tidak? Pemerintah pusat mau pun daerah dalam menyikapi kasus wabah penyakit Corona ini, malah menyambut dengan gembira atas kedatangan turis – turis asal negeri tirai bambu ini.

Seperti dikabarkan 174 turis asal China mendarat di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, ahad 26/1 pukul 06.36 WIB. Mereka dijadwalkan akan berwisata selama 5 hari di Sumatera Barat.
Sedangkan menteri kesehatan mengatakan, bahwa untuk mengatasi virus Corona tidak perlu khawatir. Kita harus menjaga kesehatan, karena kesehatan akan membuat kukuatan antibodi yang bisa menolak virus Corona. Selain itu kita harus banyak-banyak berdoa dan istighfar. Bahkan pemerintah mengatakan jika menolak kedatangan turis maka akan mengganggu keadaan ekonomi.

Inilah solusi pungkas terkadang menjadi andalan para penguasa negeri ini. Karena mereka tidak memiliki program atau metode yang tepat dan baku, untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Seperti solusi yang pernah terlontar oleh para menteri “tanam cabai sendiri” saat cabai mahal, “pelihara 1 ayam satu keluarga” saat masalah stanting”. orang miskin harus diet “saat kebutuhan pokok naik”, ”orang miskin jangan sakit” saat BPJS naik., dan sebagainya.

Padahal banyak sekali kritikan terhadap keterlambatan pemerintah dalam mengambil kebijaksan untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus Corona ini. Pemerintah terkesan abai terhadap kepengurusan pada rakyatnya. Terbukti tidak ada langkah yang cepat dan tepat, mengingat keadaan yang sudah kompleks emergency. Sebab wabah virus itu sudah menginfeksi 30 dari 31 provinsi yang ada di China. Termasuk kritikan warganet yang membuat tagar #TolakSementaraTurisChina viral di medsos.

Pengambilan solusi yang pragmatis hal yang biasa dalam sistem sekuler kapitalisme, karena dalam sistem ini kedaulatan hukum ada ditangan manusia. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas, yang tidak akan mampu menjangkau apa – apa yang ada di luar batas nalar dan kemampuannya. Maka dipastikan manusia tidak akan mampu memberikan solusi yang tepat pada setiap permasalahan yang dihadapi masyarakatnya.

Sungguh agama Islam adalah agama yang paling mulia, yang berasal dari yang Maha Sempurna. Yang mengatur seluruh hidup manusia baik hubungan kepada Allah SWT, hubungan manusia kepada dirinya dan hubungan manusia dengan sesama.

Segala urusan manusia sudah diatur oleh sang kholiq, Manusia hanya menjalankan dengan dasar ketaatan kepada-Nya dan sebagai bentuk pengabdian hamba kepada Tuhannya.

Termasuk dalam menyelesaikan masalah wabah penyakit yang menular. Hal semacam ini juga pernah terjadi di masa Rosulullah. Sehingga Rosul bersabda yang artinya: “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam sistem khilafah Islam, cara yang dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah penyakit yang menular adalah:
1. Warga di daerah yang terserang wabah penyakit maka dilarang untuk meninggalkan wilayahnya. Mereka akan dievakuasi di suatu wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk dan segera diteliti untuk dicarikan penawar obatnya.

2. Masyarakat yang ada di luar wabah terkena wabah penyakit menular, maka dilarang untuk mendekati wilayah tersebut. Sehingga penularan tidak semakin meluas.

Adapun sikap setiap kaum muslimin dalam menghadapai berbagai cobaan dan musibah, bencana atau wabah penyakit yang menular, maka wajiblah untuk bersikap sabar dan ikhlas, karena itu akan menjadi sebagai penghapus dosa.

Selain itu sebagai umat muslim, maka wajiblah setiap individu, masyarakat bahkan negara melakukan muhasabah diri atas apapun ujian dan musibah yang melanda negeri mereka, untuk dijadikan pelajaran. Sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya: “Telah nampak al fasad (kerusakan) di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Rum: 41).

Kerusakan atau kefasadan telah tampak karena tidak diterapkannya hukum Allah secara sempurna di muka bumi ini. Negeri kaum muslim menjadikan negeri kufur sebagai kiblat dalam penerpaan sistem pemerintahan. Kini Allah telah menunjukkan betapa kuasanya Allah terhadap orang -orang yang membangkang atas perintah-Nya. Apa yang telah Allah kabarkan di dalam Alquran telah membuktikan. Bahwa setiap yang Allah larang pasti ada kemudharatan dan setiap yang Allah perintahkan pasti ada kemaslahatan.

Termasuklah masalah makanan yang halal thoyibah dan makan yang haram. Bagi orang yang mengagungkan kebebasan, tidak pernah berpikir halal dan haram. Sehingga bisa diprediksi penyebab mewabahnya virus Corona karena kebiasaan China Komunis menyantap makanan yang dilarang Allah SWT. Seperti babi, anjing, kucing, tikus, kelelawar, cacing, dan binatang yang menjijikkan lainnya. Dan terkadang mereka biasa menyantapnya dalam keadaan masih hidup. Nauzubillahiminjalik. Apakah ini azab Allah? Wallahua’lam. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here