Masjid Al Shaleh, Pembawa Hidayah Warga

0
547

Kliksumatera.com, PALEMBANG- Banyak masjid dan rumah ibadah didirikan, baik dikarenakan kebutuhan maupun bersifat panggilan hidayah para hamba-Nya. Dan setiap rumah ibadah tentu memiliki nuasa dan arsitektur tersendiri demi kenyamanan kaum muslim yang tengah menjalankan ibadahnya.

Salah satu masjid di Kota Palembang yang kini mendapatkan sorotan adalah Masjid Al Shaleh yang berada di wilayah RT 17 RW 06 Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Gandus yang baru saja diaktifkan bulan Ramadhan 1440 H lalu. Nama masjid yang berdiri megah itu diambil dari nama orang tua Jenderal Polisi Tito Karnavian yang hingga kini masih mengemban amanah sebagai Kapolri.

Masjid yang mampu menampung sekitar 2 ribu jemaah itu hingga kini terus dipenuhi ratusan kaum muslim yang menjalankan Shalat Fardhu. Dengan luas bangunan sekitar 30 x 30 meter berlantai dua, tak hanya warga sekitar yang mampir untuk menjalankan ibadah. Namun juga warga pendatang pun ingin merasakan aura dan hidayah tersendiri saat menjalankan ibadah di dalamnya.


Hasil ‘’hunting’’ Kliksumatera.com kemarin, keberadaan Masjid Al Shaleh di daerah Tangga Buntung Palembang yang dikenal sebagai daerah ‘’angker’’ justru lambat laun mengubah imej tersebut. Tak sedikit para peminum, pemabuk, dan pelaku kejahatan lainnya yang mendapatkan hidayah dan bertobat seraya bersujud kepada Illahi Robby di masjid itu.


Dalam keseharian Shalat Fardhu, tidak kurang 3 shaf kaum muslim dan muslimah atau sekitar 150-an senantiasa sujud kepada Sang Khalik setiap harinya. Padahal, hingga kini kepengurusan definitif masjid tersebut belumlah terbentuk. Namun berkat kesungguhan warga sekitar dan para donatur macam Kms H. Umar Bin H. Halim dan H. Andi, kebersihan dan fasilitas terus bertambah dan dibenahi.

Berikut hasil wawancara Kliksumatera.com dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat terhadap keberadaan Masjid Al Shaleh.

H. Suandi Hatta (75)

Keberadaan Masjid Al Shaleh ini berawal dari belum adanya masjid di daerah Karanganyar (daerah bagian laut) yang terbilang bagus dan megah. Karena itu, ada inisiatif keluarga besar ditambah dukungan moral dan material dari Kms. H. Umar Bin H. Halim maka dibangunlah masjid tersebut.


Begitu masjid aktif awal puasa tadi, masyarakat memiliki kebanggaan tersendiri dapat shalat di dalamnya. Mereka merasa memiliki dan bersyukur kepada Tito Karnavian yang telah memberikan perhatian agamis di daerah kelahiran dan tempat tinggal orang tuanya (Hj. Qordiyah Ahmad)

Dengan ukuran masjid sekitar 30 x 30 meter dengan dua lantai ditambah beragam ornamen dan arsitektur yang indah, menjadikan masyarakat sekitar bersemangat untuk beribadah meski usai Bulan Ramadhan dan 1 Syawal 1440 H. Bahkan setiap harinya tidak kurang 150-an jemaah rutin melaksanakan shalat lima waktu, mulai Subuh hingga Isyak. Hal itu menunjukkan betapa masjid ini memberikan hidayah tersendiri buat warga.

Untuk pengembangan, selain membentuk kepengurusan yang definitif, juga rencananya akan dibangun fasilitas dan sarana lain. Macam ruang serba guna dan perpustakaan serta sarana lainnya.

Mengenai terpaan miring bahwa kehadiran masjid ini memiliki nilai politik karena tak lepas dari nama besar H. Umar, H. Andi pun menepis anggapan tersebut.

Tidak ada sama sekali hubungan dengan politik atas keberadaan masjid ini. Semuanya murni niat hati yang suci untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Dan diharapkan, kegiatan keagamaan akan terus mengisi relung-relung masjid pada setiap waktunya. Sehingga ibadah kaum muslim akan terus terjaga dan meningkat … aamiin.

H. Suwandi Nur (62)

Sebagai tokoh masyarakat sekaligus Ketua RT 14 RW 05 Karanganyar Gandus, H. Suwandi dan warga sekitar amat bersyukur. Sebab keberadaan Masjid Al Shaleh yang megah dapat dipergunakan mulai awal Ramadhan 1449 H hingga sekarang.


Tak hanya aktivitas jemaah dan warga terlihat saat berbuka puasa dan Tarawih, tapi hingga malam hari pun lantunan ayat suci tetap menggema dari kaum muslim yang melakukan tadarusan Al Quran.

Untuk jemaah masjid sendiri mereka terus berdatangan dari RT dan RW sekitar. Macam dari 13, 14, 16, 17, 18, 31, dan RT 32 hingga 18. Bahkan dari kelurahan dan kecamatan lainnya. Selain mereka sengaja untuk mencoba shalat di masjid yang baru dan letaknnya amat strategis itu, juga daya magis keberadaan masjid pun menjadi daya tarik tersendiri.

Karenanya, tidak sedikit para pelaku kejahatan alias ‘’preman’’ justru berbondong-bondong melakukan ibadah sebagai suatu panggilan hidayah buat mereka. Inilah yang menjadikan keberadaan masjid kian menumbuhkan rasa cinta, rasa memiliki, dan keharuan serta aura tersendiri.

Warga juga merasa bangga, kini ada masjid di kampong mereka. Sehingga ibadah fardhu yang selama ini memerlukan waktu tersendiri untuk melangkah sudah tak jauh lagi dilakukan.

Untuk pengembangan ke depan, selain kepengurusan masjid harus didefinitifkan, juga fasilitas penunjang haruslah dibangun. Dengan ada fasilitas dan sarana lain di masjid, maka donasi keuangan yang selama ini terus menjadi topangan donatur akan sedikit demi sedikit terkurangi bahkan kalau bisa tidak ada sama sekali. Sehingga masjid dan pengurus akan mandiri seraya terus mengembangkan kualitas ibadah yang dilakukan.

Menghadapi Idul Adha mendatang, juga diharapkan masjid ini mampu menjadi salah pusat ibadah qurban warga dan pejabat di Palembang. Sehingga pelaksanaan ibadah akan lebih terasa menuju sempurna … aamiin.

H. Rusli Dencik (61)

Sebagai bilal dan muasyirol, keberadaan masjid pun dapat menjadi pusat lembaga pendidikan agama. Tak hanya yang berhubungan langsung dengan ibadah shalat, tapi juga ibadah fardhu kifayah. Macam memandikan mayat dan pelatihan khatib dan muasyirol, tahlil, serta barzanji selain TPA bagi anak-anak dan remaja.

Generasi penerus, macam anak-anak dan remaja haruslah mendapatkan tempat dan prioritas tersendiri dalam menjaga keberlangsungan ibadah yang dimaksud.

Karenanya, aneka pelatihan dan pendidikan yang bersifat ibadah haruslah dibentuk sejak dini guna menjaga kualitas pelaksanaan ibadah yang dilakukan. Tanpa terkecuali merayakan hari-hari besar agama juga dapat dilaksanakan sebagai salah satu upaya menjaga ibadah dan aktivitas keagamaan yang ada di masjid.

Keberadaan Masjid Al Shaleh dirasakan warga sebagai pelengkap dan penambah tempat ibadah yang ada di daerah Karanganyar Laut. Selama ini, rumah ibadah memang telah ada. Macam Masjid Diniyah, Masjid Munawaroh, dan Masjid Fajar Shidiq.
Dengan adanya Masjid Al Shaleh, maka akan dapat membangkitkan ibadah warga sekitar. Mereka bisa memilih tempat untuk melakukan ibadah dalam setiap harinya, tanpa harus dibatasi oleh ruang dan waktu yang selama ini mungkin sempat menjadi kendala tersendiri khususnya di saat musim hujan.

Jemaah Tarawih dengan jumlah 23 rakaat dengan intensitas jumlah jemaah yang hampir mencapai ribuan dalam setiap malamnya juga menjadi tolak ukur, betapa masjid ini menjadi daya tarik dan hidayah tersendiri buat warga selama Ramadhan lalu dan sesudahnya.
Rasa memiliki dan peningkatkan ibadah berupa sedekah pun menjadi gambaran betapa masyarakat begitu bangga akan keberadaan rumah ibadah ini. Celengan masjid dari setiap Jumat yang mencapai 4 jutaan adalah betapa kebanggaan warga itu amatlah tinggi.

Memang, nominal sejumlah itu belumlah cukup untuk menutupi operasional masjid dalam keseharian dan setiap bulannya. Karenanya kehadiran donatur guna menopang dana operasional amatlah dibutuhkan secara terus-menerus hingga dipandang masjid melalui pengurus mampu tegak dan mengurus dirinya sendiri. Semoga ini dapat terus lestari dan berkembang … aamiin.

Muhammad Riduan (50)

Sebagai salah satu Ketua RW yang langsung berhadapan dengan masjid, maka rasa tanggung jawab dan memelihara sekaligus menjaga keberlangsungan ibadah sudah menjadi tanggung jawab tersendiri setiap warga. Baik itu diminta ataupun tidak.

Sebab menjaga Istana Allah SWT dengan aneka ibadah di dalamnya, selain berlimpah pahala juga menjadi penolak balak dan musibah terhadap suatu daerah. Inilah yang menjadikan motivasi jemaah dan warga sekitar.

Kehadiran Masjid Al Shaleh benar-benar membawa hidayah warga. Tak hanya intesitas ibadah warga yang terus meningkat, juga daerah sekitar menjadi kelihatan bersih dan rapi. Belum lagi jalan depan masjid yang selama ini tampak hancur maka kini menjadi mulus.
Belum lagi, banyaknya jemaah yang datang ibadah pada setiap shalat fardhu saban hari yang memberikan rasa damai di hati.

Begitu juga kumandang adzan yang selama ini sayup-sayup terdengar kini seakan menegur sapa setiap warga sekitar dan yang sedang lalu guna mampir sejenak untuk melakukan ibadah wajib.

Nuansa agama daerah Karanganyar yang selama ini kurang terlihat, maka dengan kehadiran Masjid Al Shaleh kini sudah kembali muncul dan memiliki pesona tersendiri sebagai pembawa rasa aman, damai, dan sejuk di hati. Semoga ini akan terus terjaga selamanya, aamiin.

Laporan/Posting : M. Riduan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here