
Oleh : Riyulianasari
Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara mengakui penyaluran bantuan sosial (bansos) berupa paket sembako untuk warga terdampak virus Corona (Covid-19) sempat tersendat. Hal itu dikarenakan harus menunggu tas pembungkus untuk mengemas paket sembako.
Dia mengungkapkan, pembungkus itu belum tersedia karena produsen tas tersebut mengalami kesulitan import bahan baku. Sehingga, menyebabkan distribusi bansos terkendala meski paket sembako sudah tersedia.
“Awalnya iya (sempat tersendat) karena ternyata pemasok-pemasok sebelumnya kesulitan bahan baku yang harus import,” katanya kepada wartawan, Rabu (29/4).
Tas untuk mengemas paket sembako itu berwarna merah putih dan bertuliskan ‘Bantuan Presiden RI Bersama Lawan Covid-19’. Di tas itu juga terdapat logo Presiden Republik Indonesia dan Kementerian Sosial serta cara-cara agar terhindar dari Virus Corona.
Politikus PDIP itu menegaskan, saat ini produksi tas kemasan tersebut sudah lancar. Dia mengaku telah mengajak perusahaan lain untuk membuat tas kemasan sehingga diharapkan distribusi paket sembako ke depannya tidak tergganggu.
“Sekarang supply kantong sudah lancar. Dan sebagai info, (PT) Sritex kami ajak kerjasama tidak dari awal. Mereka baru supply kantong sejak hari Rabu lalu,” terangnya.
Seperti diketahui, pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial mulai menyalurkan bantuan sosial berupa paket sembako senilai Rp 600 ribu kepada warga tak mampu di Jabodetabek. Sementara, keluarga di luar Jabodetabek akan mendapat Bantuan Langsung Tunai senilai Rp 600.000.
Penyaluran bantuan sosial (bansos) di tengah wabah Corona sempat tersendat karena menunggu tas pembungkus untuk pengemasan paket sembako. Kebijakan pemerintah yang memberlakukan PSBB dan memberikan bantuan sembako bagi masyarakat yang terdampak sangat disayangkan karena penyaluran paket bantuan sembako senilai Rp 600 ribu itu tidak tepat sasaran dan bantuan itu tidak sampai kepada rakyat sesuai jumlah yang seharusnya. Sembako yang sampai kepada masyarakat tidak sampai Rp 100 ribu yang terdiri dari beras 5 kg, mie instan 2 bungkus, ikan sarden 2 kaleng kecil, dan minyak goreng 250 gr.
Di berbagai daerah pun terjadi protes warga kepada ketua RT, RW, Kepala Desa yang mereka menjadi sasaran kemarahan warga karena yang mendapatkan bantuan sembako adalah orang kaya atau dianggap mampu di tengah tengah masyarakat.
Di sisi lain, bantuan sosial di berbagai daerah mengalami politisasi yaitu adanya foto untuk pencitraan ataupun kampanye yang seharusnya tidak perlu karena sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat apalagi ditengah situasi pandemi Covid 19 seperti saat ini dimana masyarakat banyak yang terkena dampak Covid-19 akibat kebijakan PSBB.
Sesungguhnya sistem kapitalisme sekuler dengan politik demokrasi yang berasaskan manfaat dan maslahat telah membuat semua yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah di politisasi demi meraih pencitraan ‘pemimpin yang baik’ di mata masyarakat. Padahal tidaklah cukup hanya pemimpin itu baik kata katanya tapi juga harus baik pula peraturan yang akan diterapkannya. Ukuran baik itu tidaklah datang dari pemikiran dan perasaan manusia, tetapi harus bersumber dari Allah sang pencipta dan pengatur agar tidak terjadi perbedaan dan perselisihan di antara umat manusia.
Sesungguhnya sistem kapitalisme lebih mementingkan kepentingan dan urusan para pengusaha daripada kepentingan rakyat jelata. Dalam hal ini Pengusaha lebih diuntungkan dalam pembuatan tas kemasan sembako tersebut.
Dalam pandangan Islam, kewajiban pemerintah adalah memenuhi kebutuhan dasar masyarakat termasuk sembako yang menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang dan tidak boleh ada pencitraan dalam mengurus urusan umat. Negara juga harus memastikan bahwa semua rakyat dapat terpenuhi kebutuhan pokoknya selama diberlakukan lockdown (karantina wilayah).
Adalah kezholiman jika PSBB dilakukan di seluruh wilayah di dunia karena akan melumpuhkan ekonomi dan membinasakan kehidupan manusia. Rakyat tidak diperbolehkan berjualan, toko toko tutup karena sepi pembeli.
Seharusnya dari awal munculnya virus Corona pertama kalinya di cina diterapkan lockdown (karantina wilayah) sehingga virus tidak menyebar ke seluruh dunia.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam bukan dilihat dari kesederhanaan pakaian atau manisnya janji janji kampanye. Tapi bagaimana pemimpin itu taat kepada Allah dan Rasul dengan menerapkan peraturan dan hukum sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadis.
Maka tegaknya ideologi kapitalisme sekuler dengan model politik demokrasi di dunia ini memberikan dampak buruk bagi seluruh umat manusia di seluruh dunia. Krisis ekonomi, kemiskinan, kelaparan selalu menjadi dilema. Krisis yang dirasa bukan hanya ekonomi belaka, tapi krisis politik, sosial, budaya, pendidikan, akhlaq, hukum melanda dunia. AS sebagai pemimpin ideologi kapitalis seluler demokrasi yang diagungkannya pun tidak mampu memberikan solusi untuk umat manusia di dunia. Begitu juga dengan Cina yang menguasai ekonomi dunia tidak mampu memberikan solusi bagi kemaslahatan umat manusia di seluruh dunia.
Maka kebutuhan manusia terhadap ideologi Islam yang menerapkan Islam secara kaffah semakin kentara. Karena merupakan fitrah yang ada pada setiap insan manusia. Hanya aturan Allah SWT saja yang mampu menundukkan hawa nafsu manusia dan layak bagi seluruh umat manusia. Insya Allah tidak akan lama, dengan izin Allah SWT. ***


